Bagaimana Cara Mengobati TBC?

Penyembuhan TBC didasarkan pada obat anti tuberkulosis yang adekuat. Sebab penyembuhan yang cenderung lama, banyak penderita yang kandas pengobatan serta malah jadi resisten obat. Kunci kesembuhan TBC merupakan kepatuhan minum obat dari penderita itu sendiri.

Obat AntiTuberkulosis( OAT) wajib diberikan dalam wujud campuran dari sebagian tipe obat, dalam jumlah lumayan serta dosis pas cocok dengan jenis penyembuhan. Obat ditelan sekalian( single dose) dalam kondisi perut kosong. Fixed Dose Combination sendiri terdiri dari 4 OAT utama, ialah Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid, serta Etambutol. Bila penyembuhan lini awal kandas, penyembuhan lini kedua hendak memakai bonus Streptomisin.

Seluruh penderita( tercantum mereka yang terinfeksi HIV) yang belum sempat diatasi wajib diberi obat lini awal. Seluruh penderita wajib dimonitor respons penyembuhannya. Penanda evaluasi terbaik merupakan pengecekan dahak( sputum) berkala ialah pada akhir sesi intensif, bulan ke- 5, serta akhir penyembuhan.

Dosis OAT Fixed Dose Combination bergantung dari berat tubuh. Jangan kurang ingat memohon uraian serta jika butuh mencatat berapa jumlah obat yang wajib minum dalam satu hari, sebab perihal ini sangat berarti dalam kepatuhan penyembuhan.

Penyembuhan TBC diberikan dalam 2 sesi, ialah sesi dini serta lanjutan.

Pada sesi dini penderita menemukan penderita yang terdiri dari 4 tipe obat( rifampisin, isoniazid, pirazinamid

serta etambutol), diminum tiap hari sepanjang 2 bulan serta diawasi secara langsung oleh perawat/ care taker/ anggota keluarga buat menjamin kepatuhan minum obat serta menghindari terbentuknya imunitas obat yang kerap kali diucap selaku MDR TB( Multi- drug- resisten TB). Resistensi bisa terjalin pada satu ataupun 2 tipe OAT.

Pada sesi lanjutan pasien

menemukan 2 tipe obat( rifampisin serta isoniazid), tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama( minimun 4 bulan). Sesi lanjutan berarti buat menewaskan bakteri persisten sehingga menghindari terbentuknya kekambuhan.

Dokter bisa jadi saja mengganti regimen maupun dosis ditengah penyembuhan bila sepanjang periode penilaian tidak membuktikan revisi ataupun malah terjalin perburukan.

Penderita dikatakan sembuh bila penderita sudah menuntaskan penyembuhannya secara lengkap serta sudah mejalanai pengecekan mikroskopis sputum pada dikala follow up dengan hasil negatif pada 2 kali pengecekan.