Mau Mengambil Keputusan? Ini 5 Akibat Kalau Kamu Terlalu Perfeksionis!
Memiliki standar tinggi dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari memang bisa membuat seseorang berusaha memberikan yang terbaik. Namun, ketika perfeksionisme mulai mendominasi, itu bisa membawa dampak negatif dalam pengambilan keputusan. Perfeksionis adalah orang yang ingin segala hal dilakukan dengan sempurna, dan tidak bisa menerima kesalahan atau ketidaksempurnaan. Jika kamu merasa terlalu perfeksionis, kamu perlu mengetahui beberapa akibat buruknya, terutama dalam hal pengambilan keputusan. Berikut adalah 5 dampak yang mungkin kamu alami jika kamu terlalu perfeksionis dalam mengambil keputusan:
1. Terlalu Lama Memutuskan
Salah satu dampak utama dari perfeksionisme adalah kecenderungan untuk menunda-nunda keputusan. Perfeksionis sering kali merasa perlu memikirkan setiap detail dan kemungkinan yang ada sebelum membuat keputusan. Proses ini bisa sangat memakan waktu dan akhirnya menyebabkan penundaan. Ketika kamu terlalu lama menunggu “keputusan yang sempurna,” kamu malah bisa kehilangan kesempatan atau terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan.
Contoh: Jika kamu terlalu memikirkan pilihan karier atau proyek yang harus diambil, kamu mungkin menunda-nunda keputusan hingga kesempatan tersebut hilang.
2. Rasa Takut Akan Kesalahan
Perfeksionis sering kali sangat takut melakukan kesalahan. Ketakutan ini bisa membuatmu sangat berhati-hati dan bahkan tidak mengambil keputusan sama sekali karena takut gagal. Padahal, dalam banyak kasus, kesalahan adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh. Ketakutan berlebihan terhadap kesalahan akan membatasi kemampuanmu untuk berkembang dan meraih peluang baru.
Contoh: Dalam pekerjaan, kamu mungkin menunda presentasi atau pengajuan ide hanya karena takut jika hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi.
3. Kelelahan Mental dan Stres
Karena keinginan untuk mencapai kesempurnaan, perfeksionis cenderung bekerja lebih keras dan lebih lama daripada yang dibutuhkan. Mereka sering kali merasa tidak puas dengan hasil yang sudah cukup baik, karena selalu merasa ada yang kurang. Akibatnya, mereka terus berusaha lebih keras, yang bisa menyebabkan kelelahan mental, stres, dan bahkan burnout.
Contoh: Dalam membuat keputusan besar, perfeksionis sering terjebak dalam analisis yang berlebihan, yang menguras energi dan menyebabkan stres.
4. Menurunnya Kepuasan Diri
Perfeksionisme juga bisa mengurangi rasa puas dengan diri sendiri. Ketika kamu selalu mengharapkan hasil yang sempurna dan tidak bisa menerima kekurangan, kamu akan terus merasa tidak cukup baik meskipun telah bekerja keras. Ini dapat mengurangi rasa percaya diri dan kepuasan terhadap pencapaianmu.
Contoh: Meskipun telah bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan, kamu merasa bahwa hasilnya tidak cukup memuaskan karena tidak sesuai dengan standar yang terlalu tinggi.
5. Hubungan dengan Orang Lain Terganggu
Perfeksionisme tidak hanya memengaruhi hubungan dengan diri sendiri, tetapi juga dengan orang lain. Sering kali, perfeksionis mengharapkan orang lain untuk bekerja dengan standar yang sama tinggi, yang bisa membuat mereka kesulitan untuk bekerja dalam tim atau bergaul. Selain itu, mereka mungkin terlalu kritis terhadap orang lain, yang dapat merusak hubungan pribadi dan profesional.
Contoh: Di tempat kerja, kamu mungkin sulit bekerja dengan kolega karena merasa mereka tidak bekerja sesuai dengan standar yang kamu tetapkan. Ini bisa menciptakan ketegangan dan memperburuk hubungan.