Kenali Penyakit Hepatitis A, Penyebab dan Pencegahannya

Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV). Virus ini menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kotoran yang mengandung virus HAV. Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai penyebab dan pencegahan Hepatitis A:

Penyebab Hepatitis A:
Virus Hepatitis A menyebar melalui jalur fekal-oral, yang berarti virus masuk ke tubuh melalui mulut setelah terkontaminasi oleh feses orang yang terinfeksi. Penularan Hepatitis A dapat terjadi melalui beberapa cara berikut:
1. Konsumsi Makanan dan Minuman Terkontaminasi: Makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung virus HAV dapat menyebabkan penularan. Ini sering terjadi ketika makanan tidak dimasak dengan baik atau ketika air minum tidak bersih.
2. Kontak dengan Orang yang Terinfeksi: Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh virus HAV, seperti gagang pintu atau mainan.
3. Praktik Seks yang Tidak Aman: Hepatitis A juga dapat menular melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi.

Pencegahan Hepatitis A:
Vaksinasi adalah cara pencegahan utama untuk Hepatitis A. Vaksin Hepatitis A tersedia dan direkomendasikan untuk individu berisiko tinggi, termasuk:
1. Anak-anak di wilayah dengan tingkat infeksi yang tinggi.
2. Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi.
3. Pekerja medis atau pekerja sanitasi yang berisiko tinggi terpapar virus HAV.
4. Pengguna narkoba yang menggunakan narkoba secara bersama-sama.

Selain vaksinasi, ada beberapa langkah pencegahan lainnya yang dapat diambil untuk menghindari penularan Hepatitis A:
1. Cuci Tangan dengan Benar: Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet atau menangani feses.
2. Konsumsi Makanan Aman: Pastikan makanan dimasak dengan baik dan hindari makanan atau minuman yang tidak jelas asal-usulnya.
3. Bersihkan Permukaan yang Terkontaminasi: Bersihkan permukaan yang sering disentuh, seperti gagang pintu dan meja makan, dengan pembersih yang efektif.
4. Praktik Seks yang Aman: Gunakan kondom untuk mengurangi risiko penularan melalui kontak seksual.
5. Hindari Berbagi Barang Pribadi: Hindari berbagi jarum suntik, sikat gigi, atau barang pribadi lainnya yang berpotensi terkontaminasi oleh darah atau feses orang lain.

Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini dan mendapatkan vaksinasi Hepatitis A jika dianjurkan, risiko penularan dan penyebaran penyakit dapat diminimalkan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut tentang Hepatitis A atau memerlukan vaksinasi, konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis terkait.

Langkah Memperbaiki Hidup dengan Kebiasaan Bangun Pagi

Bangun pagi adalah kebiasaan yang sangat kuat dan bermanfaat untuk memperbaiki hidup dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkah untuk memperbaiki hidup dengan kebiasaan bangun pagi:

1. Tentukan Waktu Bangun yang Konsisten: Pertama-tama, tentukan waktu bangun yang konsisten setiap hari. Cobalah untuk bangun pada waktu yang sama setiap pagi, bahkan di akhir pekan. Dengan konsisten bangun pagi, tubuh dan otak akan lebih teratur dan terbiasa dengan jadwal tidur yang teratur.

2. Atur Jadwal Tidur yang Cukup: Untuk bisa bangun pagi dengan segar, pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup. Rata-rata orang dewasa membutuhkan sekitar 7-9 jam tidur setiap malam. Atur jadwal tidur Anda sehingga Anda bisa tidur cukup untuk merasa segar saat bangun pagi.

3. Buat Lingkungan Tidur yang Nyaman: Pastikan tempat tidur Anda nyaman dan bebas dari gangguan. Matikan ponsel dan elektronik lainnya di dekat tempat tidur untuk menghindari godaan untuk mengobrol atau mengecek media sosial di malam hari.

4. Hindari Begadang dan Konsumsi Kafein di Malam Hari: Jauhkan diri dari begadang dan mengonsumsi kafein di malam hari. Kafein dapat mengganggu kualitas tidur Anda, sehingga Anda mungkin merasa sulit untuk bangun pagi dengan segar.

5. Buat Rutinitas Bangun Pagi: Buat rutinitas yang menyenangkan untuk dilakukan setelah bangun tidur. Misalnya, Anda bisa minum segelas air hangat dengan lemon, bermeditasi, atau berolahraga ringan. Rutinitas ini dapat membantu Anda memulai hari dengan suasana hati yang baik dan berenergi.

6. Hindari Menunda Bangun: Jangan menunda-nunda untuk bangun ketika alarm berbunyi. Cobalah untuk bangun segera setelah alarm berbunyi tanpa menekan tombol snooze. Menunda bangun hanya akan membuat Anda merasa lebih mengantuk dan sulit untuk bangun pagi.

7. Lakukan Aktivitas Positif di Pagi Hari: Manfaatkan waktu pagi untuk melakukan aktivitas positif yang membuat Anda merasa produktif dan bahagia. Anda bisa membaca buku, menulis jurnal, berolahraga, atau merencanakan tujuan harian.

8. Pertahankan Konsistensi: Kuncinya adalah konsistensi. Terus lakukan kebiasaan bangun pagi ini setiap hari. Dalam beberapa minggu, Anda akan merasakan perbedaan yang signifikan dalam energi, produktivitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Memperbaiki hidup dengan kebiasaan bangun pagi adalah langkah yang kuat untuk menciptakan gaya hidup yang lebih seimbang, produktif, dan bahagia. Dengan konsistensi dan disiplin, Anda akan merasakan manfaatnya dalam jangka panjang dan mencapai potensi hidup yang lebih baik.

Cara Merawat Jeans agar Tampak Baru dan Tahan Lama

Merawat jeans dengan baik adalah cara yang efektif untuk menjaga penampilannya tetap baru dan tahan lama. Jeans adalah salah satu pakaian yang sering digunakan dan bisa menjadi favorit dalam lemari pakaian. Berikut adalah beberapa tips untuk merawat jeans Anda agar tampak baru dan tahan lama:

1. Cuci dengan Frekuensi yang Tepat: Hindari mencuci jeans terlalu sering, karena bisa menyebabkan pemudaran warna dan kehilangan elastisitasnya. Cuci jeans hanya jika benar-benar kotor atau berbau tidak sedap. Saat mencucinya, gunakan air dingin dan putar dalam kecepatan rendah untuk melindungi serat kain.

2. Gunakan Deterjen yang Lembut: Pilih deterjen yang lembut dan bebas pemutih untuk mencuci jeans Anda. Hindari pemutih atau deterjen berbahan keras yang dapat merusak serat kain dan warna jeans.

3. Balik Jeans Sebelum Mencuci: Sebelum mencuci, balik jeans Anda sehingga bagian dalamnya yang paling terlihat saat digunakan tetap terlindungi. Ini membantu mempertahankan warna dan mengurangi gesekan antara jeans dan mesin cuci.

4. Jangan Gunakan Pengering Pakaian: Hindari mengeringkan jeans dengan mesin pengering pakaian karena panas tinggi dan gerakan yang cepat bisa merusak serat kain dan menyebabkan jeans menyusut. Sebaiknya gantung jeans untuk mengeringkan atau letakkan di permukaan rata untuk menjaga bentuknya.

5. Setrika dengan Hati-Hati: Jika perlu menyetrika jeans, pastikan setrika dalam keadaan hangat atau sedang untuk menghindari kerusakan pada serat kain. Sebaiknya letakkan kain penutup di atas jeans saat menyetrikanya.

6. Hindari Pencucian Kering: Jika jeans Anda mengandung elastane atau spandex, hindari mencucinya secara kering, karena panas tinggi dari pencucian kering dapat merusak serat elastis tersebut.

7. Jaga dari Paparan Langsung Sinar Matahari: Hindari menggantung jeans di bawah sinar matahari langsung untuk jangka waktu yang lama. Sinar UV dapat memudarkan warna jeans dan menyebabkan serat kain menjadi rapuh.

8. Gantilah Jeans secara Bergantian: Jika Anda memiliki beberapa pasang jeans, gunakan secara bergantian untuk menghindari penggunaan yang berlebihan pada satu pasang. Ini membantu menjaga ketahanan dan kekuatan serat kain di setiap jeans.

Dengan merawat jeans dengan baik, Anda dapat memastikan jeans tetap tampak baru dan tahan lama, sehingga Anda dapat menikmati pakaian favorit Anda untuk jangka waktu yang lebih lama. Ingatlah untuk selalu membaca petunjuk perawatan yang tertera pada label produk sebelum melakukan perawatan pada jeans Anda.

Social Distancing, Apa Arti di Balik Istilah Ini?

Social distancing atau jaga jarak sosial adalah salah satu langkah yang diambil untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit menular, terutama dalam situasi pandemi seperti COVID-19. Istilah ini mengacu pada praktik menjaga jarak fisik antara individu untuk mengurangi kontak langsung yang dapat menyebabkan penularan penyakit dari satu orang ke orang lain. Tujuan utama social distancing adalah membatasi transmisi penyakit dengan mengurangi interaksi fisik yang berpotensi menyebarkan virus atau bakteri. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang arti di balik istilah social distancing adalah:

1. Mengurangi Penyebaran Penyakit Menular: Dalam situasi wabah atau pandemi, virus atau bakteri dapat dengan mudah menyebar melalui percikan air liur, batuk, bersin, atau kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi. Dengan menjaga jarak fisik, risiko transmisi penyakit dari orang yang terinfeksi ke orang lain dapat dikurangi.

2. Membantu Mengendalikan Lonjakan Kasus: Social distancing adalah salah satu langkah efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular yang cepat. Dengan membatasi interaksi antara individu, kesempatan penyebaran virus atau bakteri dari satu orang ke banyak orang dapat ditekan.

3. Penting Selama Pandemi COVID-19: Dalam pandemi COVID-19, social distancing menjadi salah satu tindakan kunci yang diambil untuk memperlambat penyebaran virus SARS-CoV-2. Hal ini melibatkan menjaga jarak minimal 1 meter (atau sesuai anjuran kesehatan setempat) dari orang lain, menghindari kerumunan, dan mengurangi kontak fisik dengan permukaan umum.

4. Tidak Sama dengan Isolasi Sosial: Social distancing berfokus pada menjaga jarak fisik dan mengurangi kontak dekat dengan orang lain, tetapi tidak harus mengisolasi diri sepenuhnya. Meskipun tetap di rumah saat ada perintah lockdown, kita masih bisa menjaga interaksi sosial melalui teknologi seperti telepon, pesan teks, atau video call.

5. Pentingnya Kesadaran dan Kepatuhan: Keberhasilan social distancing tergantung pada kesadaran dan kepribadian masyarakat untuk mengikutinya. Setiap individu memiliki peran penting dalam melindungi diri sendiri dan orang lain dengan mematuhi aturan dan pedoman social distancing yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan.

Social distancing telah terbukti efektif dalam mengendalikan penyebaran penyakit menular. Dalam situasi pandemi atau wabah, langkah ini menjadi kunci untuk melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan tetap menjaga jarak fisik, memakai masker, mencuci tangan dengan benar, dan menghindari kerumunan, kita dapat bersama-sama mengatasi tantangan kesehatan dan mengurangi risiko penularan penyakit.

Pengambilan Darah yang Aman dan Nyaman, tanpa Rasa Takut

Pengambilan darah adalah prosedur medis umum yang dilakukan untuk mendapatkan sampel darah pasien untuk diuji di laboratorium. Proses ini dapat menjadi cemas atau menakutkan bagi beberapa orang, terutama bagi mereka yang takut jarum atau memiliki pengalaman buruk dengan pengambilan darah sebelumnya. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjadikan pengambilan darah menjadi lebih aman dan nyaman, serta mengurangi rasa takut:

1. Komunikasi Terbuka: Berbicaralah dengan petugas medis sebelum prosedur dan sampaikan kekhawatiran atau ketakutan yang Anda rasakan. Komunikasi terbuka dapat membantu petugas medis memahami situasi Anda dan memberikan dukungan yang diperlukan.

2. Pilih Petugas Medis yang Berpengalaman: Memilih petugas medis yang berpengalaman dalam pengambilan darah dapat meningkatkan keberhasilan prosedur dan mengurangi ketidaknyamanan. Petugas medis yang berpengalaman juga dapat memberikan dukungan dan panduan selama proses.

3. Cobalah Teknik Relaksasi: Berlatih teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi sebelum dan selama pengambilan darah dapat membantu meredakan ketegangan dan kecemasan.

4. Pilih Posisi Duduk atau Berbaring: Jika memungkinkan, pilih posisi duduk atau berbaring yang nyaman selama prosedur. Ini dapat membantu mencegah pingsan atau pusing selama pengambilan darah.

5. Arahkan Pikiran ke Hal Positif: Alihkan perhatian Anda dengan berbicara dengan petugas medis atau mendengarkan musik yang menenangkan selama prosedur. Pikirkan tentang hal-hal positif atau kenangan yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian dari pengambilan darah.

6. Gunakan Krim Penghilang Rasa Sakit: Beberapa fasilitas medis menyediakan krim penghilang rasa sakit yang dapat dioleskan di tempat pengambilan darah untuk mengurangi sensasi nyeri.

7. Minum Air Sebelum Pengambilan Darah: Minum air sebelum prosedur dapat membantu menjaga tekanan darah dan mengurangi risiko pingsan atau pusing selama pengambilan darah.

8. Jangan Melihat Jarum: Jika Anda takut jarum, cobalah untuk tidak melihat jarum selama prosedur. Biarkan petugas medis menangani proses dengan mengalihkan perhatian Anda.

Ingatlah bahwa pengambilan darah adalah prosedur yang umum dilakukan dalam dunia medis dan dilakukan untuk membantu mendiagnosis kondisi kesehatan atau memantau perawatan. Dengan mempersiapkan diri secara mental, memilih petugas medis yang berpengalaman, dan mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan, Anda dapat menjalani pengambilan darah dengan lebih aman dan nyaman, serta mengurangi rasa takut yang mungkin Anda alami.

Gangguan Skizotipal, Masalah Mental yang Bisa Membuat Orang Berperilaku Ganjil

Gangguan skizotipal adalah gangguan mental yang mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, berpikir, dan merasakan dunia sekitarnya. Orang dengan gangguan skizotipal mungkin memiliki perilaku atau kepercayaan yang aneh, eksentrik, atau ganjil. Gangguan skizotipal termasuk dalam kelompok gangguan kepribadian dan sering kali muncul pada masa remaja atau dewasa awal. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai gangguan skizotipal:

1. Ciri-ciri Gangguan Skizotipal:
– Perilaku sosial yang terbatas: Orang dengan gangguan skizotipal sering kali merasa tidak nyaman atau canggung dalam interaksi sosial. Mereka mungkin menghindari kontak mata, merasa tidak memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang dekat, atau menarik diri dari situasi sosial.
– Kepercayaan atau pikiran yang aneh: Orang dengan gangguan skizotipal dapat memiliki keyakinan yang aneh atau tidak biasa, seperti mempercayai adanya kekuatan supranatural atau memiliki ide-ide yang tidak masuk akal secara logika. Mereka juga mungkin mengalami pengalaman persepsi yang tidak biasa.
– Perilaku atau penampilan eksentrik: Individu dengan gangguan skizotipal sering kali memiliki gaya berpakaian atau penampilan yang tidak biasa atau eksentrik. Mereka mungkin mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan situasi atau memilih gaya rambut atau dandanan yang tidak umum.
– Kesulitan dalam menjalin hubungan intim: Orang dengan gangguan skizotipal cenderung memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan romantis atau intim. Mereka mungkin merasa tidak nyaman dengan kontak fisik atau memiliki kepercayaan yang aneh yang menghambat hubungan yang dekat.

2. Penyebab Gangguan Skizotipal:
– Faktor genetik: Kemungkinan terdapat faktor genetik yang memengaruhi perkembangan gangguan skizotipal. Orang dengan riwayat keluarga yang menderita skizofrenia atau gangguan skizotipal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan gangguan ini.
– Faktor lingkungan: Pengalaman traumatis, lingkungan keluarga yang tidak stabil, atau kurangnya dukungan sosial dapat berperan dalam perkembangan gangguan skizotipal.
– Gangguan neurobiologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan skizotipal dapat terkait dengan ketidakseimbangan zat kimia dalam otak, seperti dopamin.

3. Pengobatan dan Penanganan:
– Terapi psikoterapi: Terapi psikoterapi, seperti terapi kognitif-behavioral atau terapi interpersonal, dapat membantu individu dengan gangguan skizotipal untuk mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat. Terapi ini juga dapat membantu meningkatkan keterampilan sosial dan interaksi sosial yang lebih baik.
– Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan, seperti antipsikotik atau antidepresan, untuk mengatasi gejala yang mungkin terkait dengan gangguan skizotipal.
– Dukungan sosial: Dukungan sosial dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan dapat memberikan bantuan dan pemahaman bagi individu dengan gangguan skizotipal.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan gangguan skizotipal dapat memiliki pengalaman yang berbeda, dan perawatan yang tepat akan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan individu. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala atau masalah kesehatan mental, penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Apa Itu Victim Blaming? Ini Pengertian dan Bahayanya untuk Mental

Victim blaming merujuk pada sikap atau kecenderungan untuk menyalahkan korban atas tindakan yang mereka alami, terutama dalam konteks kejahatan, pelecehan, atau situasi traumatis. Ini adalah fenomena sosial yang sering kali muncul sebagai respons terhadap pengungkapan pengalaman traumatis oleh korban. Victim blaming menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada mereka, menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atau seharusnya melakukan sesuatu untuk mencegah kejadian tersebut.

Pengertian dan contoh-contoh victim blaming:

  1. Rape victim blaming (penyalahgunaan seksual): Salah satu bentuk victim blaming yang paling umum adalah ketika korban pemerkosaan dituduh karena pakaian yang dikenakan, tingkah laku, atau keputusan yang dianggap “memancing” atau “memperpanjang undangan” untuk penyerang. Korban sering kali disalahkan karena tidak dapat melindungi diri mereka sendiri, alih-alih menyalahkan pelaku yang melakukan tindakan tersebut.
  2. Victim blaming dalam kekerasan dalam rumah tangga: Korban kekerasan dalam rumah tangga sering kali disalahkan karena tidak meninggalkan hubungan yang berbahaya atau dituduh memprovokasi pasangan mereka. Pandangan ini mengabaikan realitas kompleksitas dan keterikatan emosional yang terlibat dalam situasi kekerasan dalam rumah tangga.
  3. Cyberbullying: Korban cyberbullying seringkali disalahkan karena tidak menghapus akun media sosial mereka, tidak mengontrol privasi mereka dengan baik, atau dianggap sebagai penyebab provokasi online yang menghasilkan penindasan mereka. Ini mengabaikan fakta bahwa pelaku cyberbullyinglah yang bertanggung jawab atas tindakan mereka dan memindahkan tanggung jawab dari pelaku ke korban.

Bahaya victim blaming terhadap kesehatan mental:

  1. Rasa bersalah dan malu: Victim blaming dapat menyebabkan korban merasa bersalah dan malu atas apa yang telah mereka alami. Mereka mungkin merasa bahwa mereka adalah penyebab atau memiliki kesalahan dalam kejadian tersebut, yang dapat memperburuk perasaan mereka dan menghambat proses pemulihan.
  2. Pembenaran kekerasan: Victim blaming dapat membenarkan tindakan kekerasan dan pelecehan dengan mengalihkan perhatian dari pelaku ke korban. Ini memberikan pesan bahwa perilaku tersebut dapat diterima atau dibenarkan dalam situasi tertentu, yang dapat memperkuat sikap yang merugikan dan menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi korban.
  3. Kurangnya dukungan sosial: Ketika korban disalahkan, mereka mungkin merasa enggan untuk mencari dukungan dan bantuan dari orang lain. Mereka dapat merasa tidak dipercaya, diabaikan, atau dihakimi oleh orang-orang di sekitar mereka, yang dapat memperburuk kesejahteraan mental dan isolasi sosial

Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda yang Perlu Diwaspadai dan Penanganannya

Diabetes adalah kondisi yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Meskipun diabetes lebih umum terjadi pada usia dewasa, semakin banyak kasus diabetes terdiagnosis pada usia muda. Mengenali ciri-ciri diabetes pada usia muda sangat penting agar dapat segera ditangani dan dikelola dengan baik. Berikut adalah beberapa ciri-ciri diabetes pada usia muda yang perlu diwaspadai:

1. Poliuria (sering buang air kecil): Salah satu ciri utama diabetes adalah peningkatan produksi urin. Orang yang menderita diabetes mungkin sering merasa haus dan harus buang air kecil lebih sering, termasuk di malam hari (nokturia). Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah yang menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan gula melalui urin.

2. Polidipsia (sering merasa haus): Tingginya kadar glukosa dalam darah juga membuat tubuh kehilangan air dan menyebabkan dehidrasi. Akibatnya, seseorang yang mengalami diabetes mungkin merasa haus secara terus-menerus dan minum lebih banyak air dari biasanya untuk mencoba mengatasi rasa haus tersebut.

3. Penurunan berat badan yang tidak dijelaskan: Meskipun kehilangan berat badan merupakan gejala yang umum terkait dengan diabetes, pada beberapa kasus, orang dengan diabetes tipe 1 (yang biasanya terjadi pada usia muda) mungkin mengalami penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan mulai memecah lemak dan otot untuk mendapatkan energi.

4. Kelelahan dan kelemahan: Diabetes dapat menyebabkan tubuh mengalami kesulitan dalam memproses glukosa menjadi energi yang digunakan oleh sel-sel tubuh. Akibatnya, orang dengan diabetes sering merasa lelah, kelelahan, dan mengalami penurunan energi yang tidak wajar.

5. Nyeri atau kesemutan pada ekstremitas: Neuropati atau kerusakan saraf seringkali menjadi komplikasi diabetes yang dapat menyebabkan nyeri atau kesemutan pada tangan, kaki, atau ekstremitas lainnya. Ini dapat terjadi pada usia muda jika diabetes tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol dengan baik.

6. Infeksi berulang: Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat orang dengan diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi saluran kemih, infeksi jamur pada kulit, dan infeksi kulit lainnya dapat lebih sering terjadi pada individu dengan diabetes.

7. Ketidakseimbangan emosi: Perubahan kadar gula darah yang drastis dapat mempengaruhi suasana hati dan emosi seseorang. Orang dengan diabetes mungkin mengalami perubahan suasana hati yang tiba-tiba, seperti menjadi mudah marah, cemas, atau depresi.