Apa Itu Victim Blaming? Ini Pengertian dan Bahayanya untuk Mental

Victim blaming merujuk pada sikap atau kecenderungan untuk menyalahkan korban atas tindakan yang mereka alami, terutama dalam konteks kejahatan, pelecehan, atau situasi traumatis. Ini adalah fenomena sosial yang sering kali muncul sebagai respons terhadap pengungkapan pengalaman traumatis oleh korban. Victim blaming menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada mereka, menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab atau seharusnya melakukan sesuatu untuk mencegah kejadian tersebut.

Pengertian dan contoh-contoh victim blaming:

  1. Rape victim blaming (penyalahgunaan seksual): Salah satu bentuk victim blaming yang paling umum adalah ketika korban pemerkosaan dituduh karena pakaian yang dikenakan, tingkah laku, atau keputusan yang dianggap “memancing” atau “memperpanjang undangan” untuk penyerang. Korban sering kali disalahkan karena tidak dapat melindungi diri mereka sendiri, alih-alih menyalahkan pelaku yang melakukan tindakan tersebut.
  2. Victim blaming dalam kekerasan dalam rumah tangga: Korban kekerasan dalam rumah tangga sering kali disalahkan karena tidak meninggalkan hubungan yang berbahaya atau dituduh memprovokasi pasangan mereka. Pandangan ini mengabaikan realitas kompleksitas dan keterikatan emosional yang terlibat dalam situasi kekerasan dalam rumah tangga.
  3. Cyberbullying: Korban cyberbullying seringkali disalahkan karena tidak menghapus akun media sosial mereka, tidak mengontrol privasi mereka dengan baik, atau dianggap sebagai penyebab provokasi online yang menghasilkan penindasan mereka. Ini mengabaikan fakta bahwa pelaku cyberbullyinglah yang bertanggung jawab atas tindakan mereka dan memindahkan tanggung jawab dari pelaku ke korban.

Bahaya victim blaming terhadap kesehatan mental:

  1. Rasa bersalah dan malu: Victim blaming dapat menyebabkan korban merasa bersalah dan malu atas apa yang telah mereka alami. Mereka mungkin merasa bahwa mereka adalah penyebab atau memiliki kesalahan dalam kejadian tersebut, yang dapat memperburuk perasaan mereka dan menghambat proses pemulihan.
  2. Pembenaran kekerasan: Victim blaming dapat membenarkan tindakan kekerasan dan pelecehan dengan mengalihkan perhatian dari pelaku ke korban. Ini memberikan pesan bahwa perilaku tersebut dapat diterima atau dibenarkan dalam situasi tertentu, yang dapat memperkuat sikap yang merugikan dan menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi korban.
  3. Kurangnya dukungan sosial: Ketika korban disalahkan, mereka mungkin merasa enggan untuk mencari dukungan dan bantuan dari orang lain. Mereka dapat merasa tidak dipercaya, diabaikan, atau dihakimi oleh orang-orang di sekitar mereka, yang dapat memperburuk kesejahteraan mental dan isolasi sosial